Skip to main content

Struktur Protein: Primer, Sekunder, Tersier dan Kuartener

 

STRUKTUR PRIMER

Struktur primer merupakan struktur protein paling sederhana. Struktur primer ditandai dengan urutan asam amino yang tersusun secara linear dan tidak terjadi percabangan rantai. Struktur primer terbentuk melalui ikatan antara gugus α–amino dengan gugus α–karboksil. Ikatan tersebut dinamakan ikatan peptida (Berg et al., 2006). Struktur ini dapat menentukan urutan suatu asam amino dari suatu rantai polipeptida (Voet & Judith, 2009). Struktur primer protein dengan urutan Tyr-Gly-Gly-Phe-Leu dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur primer protein yang tersusun atas Tirosin (Tyr), Glisin (Gly), Glisin (Gly), Fenilalanin (Phe), dan Leusin (Leu)


STRUKTUR SEKUNDER
Struktur sekunder protein merupakan kombinasi antara struktur primer yang distabilkan oleh ikatan kimia, salah satunya adalah ikatan hidrogen antara gugus karboksil dan gugus amina di sepanjang tulang belakang polipeptida. Salah satu contoh struktur sekunder adalah α-helix, β-pleated sheet dan turn. Struktur ini memiliki segmen-segmen dalam polipeptida yang terlilit atau terlipat secara berulang.

Struktur α-helix 
Struktur α-helix terbentuk antara masing-masing atom oksigen karbonil pada suatu ikatan peptida dengan hidrogen yang melekat ke gugus amida pada suatu ikatan peptida residu ke 4 asam amino di sepanjang rantai polipeptida Gambar 2. Adapun struktur tiga dimensi dari α-helix dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2. Skema ikatan hidrogen pada struktur α-helix.


Gambar 3. Strukur α-helix protein tiga dimensi

Beberapa sumber menyebutkan bahwa setiap pola ikatan hidrogen dalam berbagai tipe helix dinamai berbeda (Gambar 4), yaitu:
  • Pola ikatan hidrogen 27 ribbon terjadi antara atom oksigen karbonil pada residu pertama yang terikat pada atom H dari gugus amida residu ke 2 atau atom atom H yang terikat pada N dengan nomor 6.
  • Pola ikatan hidrogen 310 helix terjadi antara atom oksigen karbonil pada residu pertama yang terikat pada atom H dari gugus amida residu ke 3 atau atom atom H yang terikat pada N dengan nomor 9.
  • Pola ikatan hidrogen α-helix terjadi antara atom oksigen karbonil pada residu pertama yang terikat pada atom H dari gugus amida residu ke 4 atau atom atom H yang terikat pada N dengan nomor 12.
  • Pola ikatan hidrogen Π-helix terjadi antara atom oksigen karbonil pada residu pertama yang terikat pada atom H dari gugus amida residu ke 5 atau atom atom H yang terikat pada N dengan nomor 15.
Gambar 4. Pola ikatan hidrogen dalam berbagai tipe helix

Tidak semua polipeptida dapat membentuk α-helix. Adanya interaksi tambahan antar gugus samping asam amino dapat mempengaruhi kestabilan α-helix. Beberapa hal yang menyebabkan Tidak semua polipeptida dapat membentuk α-helix, yaitu:
  • Polipeptida yang banyak memiliki residu bermuatan sejenis.
  • Polipeptida yang memiliki gugus R besar seperti Ser, Thr, dan Leu. 
  • Dipol dielektrik dari ikatan peptida ditransmisikan sepanjang α-helix, sehingga secara keseluruhan α-helix adalah dipol.

Adanya dua residu bermuatan berlawanan pada jarak 3 residu dapat menstabilkan α-helix serta adanya gugus-gugus aromatik pada jarak 3 residu juga dapat menstabilkan α-helix. Adapun residu asam amino yang memiliki kecenderungan kuat untuk membentuk α-helix adalah Metionin, Alanin, Leusin, Asam Glutamat (tak bermuatan) dan Lisin (tak bermuatan). 

Struktur β-pleated sheet
Struktur sekunder β-pleated sheet terbentuk melalui ikatan hidrogen antara daerah linear rantai polipeptida. β-pleated sheet terdiri dari dua bentuk, yaitu antipararel dan pararel (Gambar 5 dan Gambar 6).

Gambar 5. Antiparalel β-pleated sheet
Gambar 6. Paralel β-pleated sheet

Gambar 7. Struktur 3D protein β-pleated sheet

Struktur β-pleated sheet paralel dan antiparalel berbeda dalam hal pola ikatan hidrogen. Pada bentuk konformasi antipararel memiliki konformasi ikatan sebesar 7 Å, sementara konformasi pada bentuk pararel lebih pendek yaitu 6,5 Å (Lehninger et al, 2004). Jika ikatan hidrogen ini dapat terbentuk antara dua rantai polipeptida yang terpisah atau antara dua daerah pada sebuah rantai tunggal yang melipat sendiri serta melibatkan empat struktur asam amino, maka dikenal dengan istilah β turn yang ditunjukkan dalam Gambar 8. 


Gambar 8. Bentuk konformasi β turn yang melibatkan empat residu asam amino
   

STRUKTUR TERSIER
Struktur tersier protein adalah lapisan yang tumpang tindih di atas pola struktur sekunder yang terdiri atas pemutarbalikan tak beraturan dari ikatan antara rantai samping berbagai asam amino (Gambar 9).

Gambar 9. Struktur tersier dari myoglobin

Struktur ini merupakan konformasi tiga dimensi yang mengacu pada hubungan spasial antar struktur sekunder. Struktur ini distabilkan oleh empat macam ikatan, yakni ikatan hidrogen, ikatan ionik, ikatan kovalen, dan ikatan hidrofobik. Dalam struktur ini, ikatan hidrofobik sangat penting bagi protein. Asam amino yang memiliki sifat hidrofobik akan berikatan di bagian dalam protein globuler yang tidak berikatan dengan air, sementara asam amino yang bersifat hodrofilik secara umum akan berada di sisi permukaan luar yang berikatan dengan air di sekelilingnya (Murray et al, 2009; Lehninger et al, 2004).

STRUKTUR KUARTENER

Struktur kuartener protein adalah gambaran dari pengaturan sub-unit atau promoter protein dalam ruang. Struktur ini memiliki dua atau lebih dari sub-unit protein dengan struktur tersier yang akan membentuk protein kompleks yang fungsional. Ikatan yang berperan dalam struktur ini adalah ikatan nonkovalen, yakni interaksi elektrostatis, hidrogen, dan hidrofobik. Protein dengan struktur kuarterner sering disebut juga dengan protein multimerik. Jika protein yang tersusun dari dua sub-unit disebut dengan protein dimerik dan jika tersusun dari empat sub-unit disebut dengan protein tetramerik (Gambar 10).

Gambar 10. Strukur kuartener hemoglobin manusia



Comments

Popular posts from this blog

ASAM AMINO DAN STRUKTUR SERTA SIFAT-SIFATNYA

ASAM AMINO Asam amino merupakan komponen penyusun protein, setiap asam amino terdiri dari gugus karboksilat   (-COOH)  dan gugus amino serta yang membedakan asam amino satu dengan asam amino lainnya yaitu dengan adanya rantai samping (R). Sruktur umum asam amino seperti Gambar 1 berikut. Gambar 1. Struktur umum asam amino . Dari Gambar 1 telihat bahwa: Atom C pusat dinamai atom C α  (" C-alfa ") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom C α , senyawa tersebut merupakan asam α- amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia dari masing-masing rantai samping penyusun asam amino. Hal ini karena adanya rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar. STEREOISOMER ASAM AMINO Stereoisomer merupakan suatu bentuk senyawa yang sama strukturnya dalam hal penataan ruang namun berbeda posisi unsur-unsur penyusunnya. St

Struktur dan Fungsi Protein

PROTEIN PEPTIDA Protein merupakan suatu polimer yang dibentuk oleh asam-asam amino. Asam amino akan terhubung dengan asam amino lainnya melalui gugus α- karboksil. Ikatan antara asam amino satu dengan asam amino lainnya melalui gugus α- karboksil dinamakan dengan ikatan peptida atau ikatan amida. Pembentukan ikatan peptida antara dua asam amino dinamakan dengan dipeptida (Gambar 1). Gambar 1 . Pembentukkan ikatan peptida. Gabungan dari dua asam asam amino diikuti oleh lepasnya satu molekul air. ( Sumber: Biochemistry, 7th Edition W.H. Freeman and Company ) Dari reaksi kesetimbangan pada Gambar 1, reaksi lebih condong ke kiri atau ke arah degradasi ikatan peptida. Karena pada saat proses pembentukkan (biosintesis) ikatan peptida reaksi membutuhkan energi yang cukup besar sehingga proses biosintesis berlangsung sangat lambat, sedangkan ketika proses degradasi dipeptida ke bentuk asam amino, energi yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Dengan demikian, proses degradasi ikata